Monday, August 13, 2018

Keajaiban dunia ke-8 hilang untuk selamanya


Pada tahun 1886, Gunung Tarawera Selandia Baru meletus. Ledakan ini melenyapkan Danau Rotomahana bersama dengan Teras Merah Muda dan Putih, serangkaian mata air geotermal kuarsa yang dulunya berundak bak tangga menuruni sisi gunung ke dalam danau.

Teras Merah Muda dan Putih di Selandia Baru pernah disebut sebagai keajaiban dunia kedelapan. Dahulu kala, mata air ini berada di Danau Rotomahana. Sampai disebut keajaiban dunia kedelapan karena memiliki wujud kumpulan air terjun kecil berwarna cerah yang terbentuk dari endapan kaya silika dan aktivitas gunung berapi.

Wisatawan dulu berduyun-duyun menikmati teras-teras berwarna merah jambu dan putih ini, sampai pada akhirnya menghilang secara misterius.

Tujuan wisata terkenal di wilayah Rotorua, Selandia Baru ini adalah dua formasi sinter silika terbesar di bumi. Menurut catatan sejarah, salah satu formasinya berwarna putih mutiara, sementara yang lain berwarna merah muda pada setiap undakan.

Setelah lebih dari 125 tahun menjadi misteri, para ilmuwan berpikir mereka telah menegaskan kembali tempat peristirahatan terakhir dari “keajaiban dunia kedelapan” yang terlupakan di dunia. Mereka akhirnya menebas semua ketidakpastian dari penelitian sebelumnya.

Pada 10 Juni 1886, Gunung Tarawera meletus, satu letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah Selandia Baru. Kejadian ini melontarkan puing-puing gunung berapi yang terbang sejauh mata memandang dan merusak pemandangan di sekitarnya.

Selama ratusan tahun, para ilmuwan berasumsi bahwa ledakan itu menghancurkan Teras Merah Muda dan Putih, yang terletak di tepi Danau Rotomahana--hanya 10 kilometer di sebelah barat daya gunung berapi.

Namun, baru-baru ini ada spekulasi bahwa mungkin teras tidak lenyap sepenuhnya. Teras mungkin hanya terkubur di samping danau yang muncul akibat dari letusan. Hal ini kemudian berpotensi dapat diselidiki dengan penggalian arkeologi.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam Journal of The Royal Society of New Zealand, para peneliti dari GNS Science mengulangi penemuan mereka sebelumnya. Mereka juga menegaskan bahwa fragmen apa pun yang tersisa dari Teras Merah Muda kemungkinan telah ditelan oleh kenaikan air danau hingga 60 meter dan sekarang terletak di kedalaman Danau Rotomahana.



Salah satu alasan di balik publikasi studi tersebut adalah untuk membantah penelitian dalam beberapa tahun terakhir yang mengklaim teras selamat dari letusan gunung berapi dan telah ditemukan di bawah tanah di sekitar danau.

Klaim tersebut dicapai dengan penggunaan rekayasa terbalik dan survei karya ahli geologi abad ke-19, Ferdinand von Hochstetter. Para peneliti studi itu bahkan mengatakan bagian dari Teras Merah Muda dan Teras Putih dapat dipulihkan kembali.

Dalam studi terbaru, sang penulis utama, Cornel de Ronde dan timnya memupus harapan pengembalian teras dengan hasil pemeriksaan ulang data yang mereka kumpulkan antara tahun 2011 dan 2014.

"Kami telah memeriksa kembali semua temuan kami dari beberapa tahun lalu dan telah menyimpulkan bahwa tidak ada yang dapat dipertahankan atas klaim teras terkubur di dalam tanah di sebelah Danau Rotomahana," kata De Ronde dalam rilis dari GNS Science.

Dengan kata lain, Teras Merah Muda dan Teras Putih tampaknya memang memiliki sebagian yang selamat, tetapi mereka berada di dasar danau bukan terkubur di bawah tanah.

Tim ini menggunakan teknik-teknik canggih untuk "menemukan" situs legendaris tersebut, termasuk bathymetry resolusi tinggi, magnet, pengukuran kolom air, side-scan sonar, survei seismik, fotografi bawah laut, dan survei.

Temuan mereka juga dilaporkan konsisten dengan foto-foto bersejarah, serta peta yang diterbitkan oleh Hochstetter.

Penelitian yang komprehensif melukiskan gambaran tentang apa yang menghancurkan harta Selandia Baru itu. 

Letusan gunung berapi benar menghancurkan sebagian besar Teras Merah Muda dan Teras Putih, kemudian permukaan air danau naik, dan meluas hingga lima kali lipat sehingga menenggelamkan semua sisa jejak teras.

"Kehancuran mayoritas teras mungkin tidak mengejutkan mengingat letusan 1886 begitu keras terdengar di Auckland dan di South Island," kata de Ronde. "Ledakan itu meninggalkan luka sepanjang 17 kilometer melalui Gunung Tarawera dan barat daya di bawah danau."

Meskipun telah hilang, sebenarnya ada teras lain yang menawarkan pemandangan serupa. Pamukkale merupakan salah satu dari sejumlah kolam alami yang berbentuk teras. Terletak di Turki barat, kolam pemandian air panas ini masuk ke dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.


di ADD ya bosku sosmed kami untuk mendapatkan info dan bonus menarik dari PelangiKiuKiu.com

BBM : E37271BF 
WHATSAPP +6281231804952 
LINE : PELANGIQQ

Share:

2 comments:

Search This Blog

Powered by Blogger.

Blog Archive

Blogger templates